Pengertian Osteomielitis menurut
Depkes RI (1995) adalah infeksi bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae. Sedangkan pendapat Carpenito (1990), Osteomielitis adalah
infeksi tulang.
Penyebab Osteomielitis
Osteomielitis dapat dicetuskan oleh penyebaran infeksi jaringan lunak. Misal, Ulkus Diabetikum yang terinfeksi, ulkus vaskuler atau tulang terinfeksi langsung karena patah terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak.
Klien yang beresiko tinggi
mengalami osteomielitis adalah klien yang nutrisinya tidak bagus, lanjut
usia, kegemukan dan penderita diabetes. Selain itu, pasien yang
menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit,
mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan
sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan,
begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi
luka mengeluarkan nanah.
Penyebaran infeksi Osteomielitis
1.Osteomielitis Primer, yaitu kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka atau trauma.
2.Osteomielitis Sekunder, yaitu kuman mencapai tulang melalui aliran darah yang disebabkan infeksi lain.
Patofisiologi Osteomielitis
Staphylococcus aurens merupakan
penyebab 70-80 persen infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering
dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan E.coli.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial,
gram negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah
pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan
stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau
infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium
3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi
adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan Vaskularisas dan edema.
Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan
dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di
sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol, kemudian akan
terbentuk abses tulang.
Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga
abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah
mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh,
seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang
baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Meskipun tampak terjadi
proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan.
Manifestasi Klinis Osteomielitis
Jika infeksi dibawa oleh darah,
biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis
septikemia. Misal, menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
malaise umum. Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal
secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan nyeri tekan. klien menggambarkan
nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan nanah/pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi
akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung,
tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat,
nyeri dan nyeri tekan.
Klien dengan osteomielitis
kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau
mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan
parut akibat kurangnya asupan darah.
Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Osteomielitis
akut, pemeriksaan sinar X awal hanya menunjukkan pembengkakan jaringan
lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler,
nekrosis tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis
definitif awal. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leukosit
dan peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan kultur abses
diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Pada osteomielitis kronik,
besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum, sequestra atau
pembentukan tulang padat terlihat pada gambar rontgent. pemindaian
tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area infeksi. Laju
sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia,
dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan
organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat.
Penatalaksanaan Osteomielitis
Daerah yang terkana harus
diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya
fraktur. Dapat dilakukan rendaman hangat selama 20 menit beberapa kali
per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah
mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan
kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih
antibiotika yang terbaik.
Begitu spesimen kultur telah
diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi
bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi
sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum
aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis.
Pemberian dosis antibiotika
terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar
antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang
paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah
diketahui biakan dan sensitivitasnya.
Bila infeksi tampak telah
terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3
bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum
bersama makanan.
Bila klien tidak menunjukkan
respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan
pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu
diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril.
Pada osteomielitis kronik,
dilakukan debridemen bedah. Seprti, sequestrektomi (pengangkatan
involukrum / sequestrum secukupnya oleh ahli bedah ). Kadang harus
dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam
menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi
penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk
menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi
oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat
dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan membuang
debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8
hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat
diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada
defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari
jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah
mikro ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah
kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.
Prosedur bedah ini dapat
dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen
bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau
penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang.
Askep/ Asuhan Keperawatan Osteomielitis
Diagnosa Keperawatan
- Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan
- Risiko terhadap penyebaran infeksi, pembentukan abses tulang
Sasaran yang akan dicapai
- Nyeri berkurang
- Perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas terapeutik
- Infeksi terkontrol
Intervensi Keperawatan
- Imobilisasikan bagian yang terkena dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
- Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa sangat nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.
- Tinggikan bagian yang terkena untuk mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan.
- Pantau Status neurovaskuler ekstremitas yang terkena.
- Lakukan Teknik manajemen nyeri seperti massage, distraksi, relaksasi, hipnotik untuk mengurangi persepsi nyeri dan kolaborasi dengan medis untuk pemberian analgetik.
- Lindungi tulang dengan alat imobilisasi dan hindarkan stres pada tulang karena Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9712.htm
http://www.transplantation.ru/osteomyelitis.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar