Halusinasi
adalah ketidakmampuan klien dalam mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang diterima oleh panca
indra yang ada (Fortinash, 1995).
Halusinasi
adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada (Sheila L Videbeck, 2000).
Halusinsi
merupakan gangguan persepsi dimna klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu pnyerapan panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar ( Maramis, 1998 )
Halusinasi
adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam
jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang dimulai secara
eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang berkurang
dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan rangsang tertentu (Towsend,
1998).
Halusinasi
adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart
& Sundenn, 1998).
Dari
keempat pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa halusinasi
adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa
melibatkan sumber dari luar yang meliputi semua system panca indra.
B. RENTANG RESPON
Halusinasi
merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologi ( Stuart dan Laraia, 2001 ). Ini merupakan
respon persepsi paling maladaptif. Jika klien yang sehat persepsinya
akurat, mampu mengindentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Di antara kedua respon tersebut
adalah respon individu yang karena sesuatu hal yang mengalami kelainan
persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diditerimanya yang
disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang
dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus
yang diterima.
C. JENIS-JENIS HALUSINASI
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengar
suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara dua orang atau
lebih tentang orang yang mengalami halusinasi . Pikiran yang terdengar
di mana klien mendengar perkatan bahwa pasien disuruh untuk melakukan
sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan
Karakteristik perilaku klien yang diamati :
· Melirikan mata kekiri dan kekanan mencari orang yang berbicara
· Mendengarkan penuh perhatian pada benda mati,
· Terlihat percakapan dengan benda mati.
2. Halusinasi Penglihatan
Stimulus
visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar peometris, gambar cartoon,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
Karakteristik perilaku klien yang diamati
· Tiba-tiba, tanggap, ketakutan pada benda mati
· Tiba-tiba lari keruang lain tanpa stimulus.
3. Halusinasi Penghidu
Membaui
bau-bauan tertentu bau darah, urin atau feses, umumnya bau-bauan yang
tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor,
kejang atau dimensia. Karakteristik,
Bau busuk, amis, kadang tercium bau harum atau kemenyan.
Perilaku Klien yang diamati
Bau busuk, amis, kadang tercium bau harum atau kemenyan.
Perilaku Klien yang diamati
· Hidung dikerutkan, seperti menghirup bau tidak sedap,
· Menghirup bau busuk atau harum atau kemenyan,
· Kinestetik menghirup bau udara, api atau darah
4. Halusinasi Sentuhan
Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada.
Karakteristiknya merasa sakit, tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, merasakan sensasi listrik dari tanah atau benda mati
Perilaku Klien yang diamati
Perilaku Klien yang diamati
· Menampar diri sendiri,
· Melompat-lompat dilantai seperti sedang menghindari sesuatu
5. Halusinasi Pengecapan
Termasuk
rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa makanan dan
berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan klien.
Karakteristiknya merasakan sesuatu yang bau busuk atua amis seperti bau darah, urin, atau feces.
Perilaku Klien yang diamati:
Perilaku Klien yang diamati:
· Meludahkan makanan atau minuman
· Menolak makanan atau minum obat
6. Cenesthetic.
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan,
7. Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
D. FASE-FASE
Proses terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 1998) dibagi menjadi empat fase yang terdiri dari:
1. Fase 1 comforting
Klien
mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien
mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal menyenangkan
untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini bersifat
sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran dan
mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat. Individu
mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam
kendali kesadaran jika ansietas dapat ditangani. Nonpsikotik. Tersenyum
atau tertawa yang tidak sesuai. Mengerakan bibir tanpa suara. Pergerakan
mata yang cepat. Respon verbal yang lambat jika sedang asyik. Diam dan
asyik sendiri.
2. Fase 2 condemning
Halusinasi
menjadi menjijikan. Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan
oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Psikotik
ringan. Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
Rentang perhatian menyempit. Asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
3. Fase 3 controlling
Ansietas
Berat Pengalaman sensori menjadi berkuasa. Klien berhenti menghentikan
perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut.
Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman
kesepian jika sensori halusinasi berhenti. PsikotikKemauan yang
dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti. Kesukaran akan berhubungan
dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit.
Adanya tanda-tanda fisik, ansietas berat berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah.
4. Fase 4 conquering
Panik.
Umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya.Pengalaman sensori menjadi
mengancam Jika klien mengikuti perintah halusinasi. Halusinasi berakhir
dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik.
Psikotik Berat. Perilaku teror akibat panik . Potensi kuat suicide atau
homicide. Aktivitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri, atau katatonia. Tidak mampu berespon
lebih dari satu orang.
E. PENYEBAB
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi seperti pada halusinasi antara lain:
a. Faktor genetis
Telah
diketahui bahwa secara genetis halusinasi diturunkan melalui
kromosom-kromosom tertentu namun demikian kromosom yang ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian .Diduga letak gen halusinasi ada di kromosom nomor 6 dengan
konstribusi genetik tambahan nomor 4,5,15,dan 22 (buchanan
&carpenter, 2000 ). Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami halusinasi 50 % jika salah satunya mengalami halusinasi,
sementara jika di zigote peluangnya sebesar 15 %. Jika seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami halusinasi berpeluang 15% mengalami
halusinasi, sementara bila kedua orang tuanya halusinasi maka peluangnya
menjadi 35 %.
b. Faktor Neurobiologi
Ditemukan
bahwa korteks pre frontal dan korteks limbik pada klien halusinasi
tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien halusinasi
terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmiter
juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan glutamate
c. Studi Neurotransmiter
Halusinasi
diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan, neurotransmiter.
Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
d. Teori Virus.
Paparan virus influensa pada trimester ke – 3 kehamilan dapat menjadi faktor predisposisi halusinasi.
e. Psikologis
Beberapa
kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi halusinasi antara
lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi,
dingin dan tak perperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan
anaknya.
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
a. Berlebihannya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan yang memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gatung abnormal)
c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku
Gejala-gejala Pencetus Respon Neurobiologi (Stuart dan Laraia, 2001)
· Kesehatan
Nutrisi
kurang, Kurang tidur, Ketidakseimbangan irama sirkadian, Kelelahan,
Infeksi, Obat-obat Sistem syaraf pusat, Kurangnya latihan, Hambatan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan
· Lingkungan
Lingkungan
yang memusuhi, kritis. Masalah di rumah tangga. Kehilangan kebebasan
hidup, Perubahan kebiasaan hidup, pola aktifitas sehari-hari kesukaran
dalam hubungan dengan orang lain. Isolasi sosial Kurangnya dukungan
social. Tekanan kerja(kurang ketrampilan dalam bekerja), stigmatisasi.
Kemiskinan. Ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
· Sikap/perilaku
Merasa
tidak mampu (harga diri rendah), Putus asa ( tidak percaya diri),
merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan ketrampilan diri ),
kehilangan kendali diri (demoralisasi ), merasa punya kekuatan
berlebihan dengan gejala tersebut, Merasa malang (tidak dapat memenuhi
kebutuhan spiritual), bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia
maupun kebudayaan, Rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif,
perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan, Ketidakadekuatan
penanganan gejala.
3. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi:
Ø Regresi, menjadi malas beraktifitas sehari-hari
Ø Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau benda
Ø Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
Ø Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
4. Perilaku
Halusinasi
benar-benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti mimpi
saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi
tersebut nyata .Sama halnya seperti seseorang yang mendengarkan siaran
ramalan cuaca dan tidak lagi meragukan orang yang berbicara tentang
cuaca tersebut. ketidakmampuannya untuk mempersepsikan stimulus secara
riil dapat menyulitkan kehidupan klien. Karenanya halusinasi harus
menjadi prioritas untuk segera diatasi . Sangat penting untuk memberi
kesempatan klien menjelaskan tentang halusinasi yang dialaminya secara
leluasa.
F. TANDA DAN GEJALA
Menurut Towsend & Mary (1995), tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut:
· Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.
· Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu yang tidak nyata
· Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
· bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu
· berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
· Disorientasi
· Merasa ada sesuatu pada kulitnya
· Tidak
dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak mampu
melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi, berganti
pakaian dan berhias yang rapi.
· Sikap
curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan,
mudah tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi wajah tegang,
pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, banyak keringat.
G. AKIBAT
Akibat
dari halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya
yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal di luar kesadarannya.
H. POHON MASALAH
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori perseptual: halusinasi
|
Isolasi sosial : menarik diri
I. PENGKAJIAN
Data yang perlu dikaji:
1. Identitas klien
2. Alasan masuk rumah sakit
Biasanya karena kllien sering mengamuk, merusak barang, bicara sendiri, sulit tidur, banyak melamun/menyendiri, percobaan bunuh diri.
3. Faktor predisposisi
Pengalaman-pengalaman yang pernah membuat klien sedih, kecewa, stress, dan mengurung diri
4. Pemeriksaan fisik
5. Psikososial
· Genogram. Posisi, peran dan fungsi dalam keluarga
· Identitas diri. Apa yang disukai klien pada tubuhnya, dan yang tidak disukainya.
· Ideal diri. Perilaku klien
· Harga diri
· Peran
6. Hubungan sosial
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan orang-orang disekitarnya
7. Spiritual
Kepercayaan klien terhadap Tuhan
8. Status Mental
· Penampilan
penampilan klien rapi atau tidak, personal hygiene klien baik atau buruk
penampilan klien rapi atau tidak, personal hygiene klien baik atau buruk
· Pembicaraan
apakah klien bicara keras, marah, pelan, atau hanya menundukan kepala
apakah klien bicara keras, marah, pelan, atau hanya menundukan kepala
· Aktifitas Motorik
keaktivan dalam mengikuti kegiatan
keaktivan dalam mengikuti kegiatan
· Alam perasaan
Klien terkadang suka malu dan kadang menyendiri
Klien terkadang suka malu dan kadang menyendiri
· Interaksi selama wawancara
menunjukkan tanda operatif atau tidak, kontak mata
menunjukkan tanda operatif atau tidak, kontak mata
· Persepsi
Biasanya klien mengatakan mendengar suara-suara, melihat
gambaran tanpa ada stimulus nyata, merasa memakan sesuatu, takut pada
suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar, memukul/melempar
barang-barang
· Tingkat kesadaran
Orientasi klien terhadap orang, tempat, dan waktu
Orientasi klien terhadap orang, tempat, dan waktu
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
NCP
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Prencanaan
| ||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
| ||
1.
|
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
|
TUM :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
TUK:
· Klien dapat membina hubungan saling percaya
· Klien dapat mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki
· Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
· Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
· Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
· Klien dapat memanfatkan system pendukung yang ada
|
· Bina hubungan saling percaya dengan komunikasi terpeutik:
- Salam terpeutik
- Perkenalkan diri
- Jelaskan tujuan interaksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas
- Tepati waktu
· Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
· Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative
· Utamakan memberi pujian yang realistis
· Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
· Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat diperlihatkan penggunaannya
· Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilanjutkan setiap hari sesuai kemampuan:
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan bantuan sebagian
- Kegiatan yang membu tuhkan bantuan total
· Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
· Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan
· Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
· Beri pujian atas keberhasilan klien
· Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
· Beri
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat, bantu
keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
|
· Hubungan saling percaya sebagai dasar iteraksi yang terapeutik antara perawat dan klien
· Memotivasi klien memandang dirinya secara positif.
· Penilaian negatif semakin menambah rasa tidak percaya diri
· Pemberian pujian dapat meningkatkan harga diri klien
· Memotivasi klien mengidentifikasi kegiatan selama sakit
· Membantu klien mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya
· Membantu klien mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya
· Memberikan klien gambaran tentang kemampuannya
· Memberi rol model bagi klien sehingga mudah bagi klien untuk melakukan kegiatan
· Kesempatan untuk berhasil dapat memotivasi klien untuk melakukan menetapkan ketrampilan yang sudah dimiliki
· Memotivasi klien untuk melakukan ketrampilan selanjutnya
· Mendukung klien dalam melakukan aktifitas
· Untuk memotivasi dan mempertahankan aspek positif dan keluarga mempunyai arti penting bagi klien
|
2.
|
Perubahan sensori persepsi : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
|
TUM:
Klien dapa berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
TUK:
· Klien dapat membina hubungan saling percaya
· Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
· Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
· Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
· Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
· Klien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan
dengan orang lain.
|
· Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip – prinsip hubungan theraputik yaitu:
- Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
- Perkenalkan diri dengan sopan.
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
- Jelaskan tujuan pertemuan.
- Jujur dan menepati janji.
- Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
· Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri dan tanda – tandanya.
· Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.
· Diskusikan bersama klien tentang prilaku MD, tanda – tanda serta penyebab yang muncul.
· Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya.
· Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
· Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
· Diskusikan bersama klien tentang manfaatnya berhubungan dengan orang lain.
· Berikan re inforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
· Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengna orang lain.
· Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
· Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
· Berikan
re inforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
· Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
· Dorong dan Bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
· Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah di capai.
· Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
· Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu.
· Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
· Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.
· Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
· Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
· Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
· Bina hubungan saling percaya dengan keluarga:
· Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:
· Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan pada klien.
· Anjurkan untuk bezuk bergantian.
· Beri reinforcement positif atas hal – hal yang telah dicapai oleh keluarga.
|
· Hubungan saling percaya sebagai dasar keterbukaan klien pada perawat dan sebagai dasar untuk interaksi selanjutnya.
· Mengetahui prilaku penyebab menarik diri.
· Meningkatkan harga diri klien.
· Mengetahui tingkat pemahaman klien tentang pentingnya berhubungan dengan orang lain.
· Mengetahui tingkat pemahaman klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
· Meningkatkan harga diri klien.
· Mengetahui tingkat pemahaman klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
· Meningkatkan harga diri klien.
· Mengetahui kemampuan klien bertinteraksi dengan orang lain
· Melatih klien untuk berintegrasi dengan orang lain secara bertahap dengan meninmgkatkan harga diri klien.
· Meningkatkan harga diri klien.
· Klien mengerti manfaat berhubungan dengan orang lain.
· Melatih klien berdisiplin waktu dan meningkatkan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
· Klien merasa diperhatikan dan dilibatkan dalam kegiatan diruangan.
· Meningkatkan harga diri klien.
· Mengekplorasi perasaan klien.
· Meningkatkan percaya diri dan harga diri klien.
· Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya.
· Setelah keluarga mengerti diharapkan keluarga dapat berpartisipasi dalam merawat klien menarik diri.
· Menigkatkan
peran serta keluarga dan meningkatkan harga diri klien serta
melatih klien untuk selalu berinteraksi dengan orang lain.
|
3.
|
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
|
TUM :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan .
TUK:
· Klien dapat membina hubungan saling percaya
· Klien dapat mengenal halusinasinya.
· Klien dapat mengontrol halusinasinya
· Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
· Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
|
· Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip – prinsip hubungan theraputik yaitu:
- Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
- Jelaskan tujuan interaksi
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
· Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
· Observasi
tingkah laku verbal atau non verbal yang berhubungan dengan
halusinasi : bicara dan tertawa tanpa stimulus,memendang
kekiri/kekanan/kedepan seolah ada teman bicara
.
· Bantu klien mengenal halusinasinya:
- Jika menemukan kilen sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang didengar
- Jika klien menjawab ada, tanyakan apa yang dikatakan
- Katakana
bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu. Namun perawat
sendiri tidak mendengarnya(dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
- Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien
- Katakana bahwa perawat akan membantu klien
· Identifikasi bersama klien cara / tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
· Diskuiskan cara dan manfaat yangdigunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
· Dorong klien untuk melaporkan jika timbul halusinasi.
· Tingkatkan respon klien pada realitas,orientasikan klien pada waktu , orang dan tempat berada dimana sekarang.
· Bersama klien membuat jadwal aktifitas untuk menghidari kesendirian klien.
· Bersama klien mengontrol halusinasi, klasrifikasi jika terjadi halusinasi.
· Beri pujian jika klien segera melaporkan munculnya halusinasinya.
· Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi.
· Diskusikan dengan keluarga ( pada saat keluarga berkunjung/ pada saat kunjungan rumah ) tentang :
· Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekwensi dan manfaat obat.
· Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
· Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat san efek samping obat yang dirasakan.
· Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi.
· Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar