PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Apendisitis
akut adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendik dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui.
Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai
faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks
dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.
Insiden
apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara
berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun
secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap
100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan,
yaitu Negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut
data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat
pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an,
sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis
sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan
pada masa remaja dan dewasa muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka
yan tinggi ini menurun pada pria.
Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan, obstruksi merupakan penyebab
yang dominan dan merupakan pencetus untuk terjadinya apendisitis.
Kuman-kuman yang merupakan flora normal pada usus dapat berubah menjadi
patogen, menurut Schwartz kuman terbanyak penyebab apendisitis akut
adalah Bacteriodes Fragillis bersama E. Coli.
Opersi
merupakan suatu kekerasan dan trauma bagi penderita. Anastesi maupun
tindak bedahnya menyebabkan kelainan yang menimbulkan berbagai keluhan
dan gejala. Kelainan harus didiagnosa agar atas dalam penyebab dan
patologinya dapat dilakukan pengobatan. Operasi yang dilakukan pada
appendisitis meliputi apendiktomi dan laparoskopik apendiktomi. Yang akan menjadi bahasan kami pada makalah ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pre dan Post Operasi Apendisitis Akut.
B. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi apendisitis akut dan penyebab sehingga dilakukan apendektomi.
2. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Pra dan Post Operasi pada Apendisitis Akut.
BAB 11
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Appendisitis
akut adalah suatu peradangan apendiks yang mengenai lapisan apendiks
yang terjadi secara akut (Sylvia A Price & Lorraine M Wilson, 2000)
Appendisitis
akut adalah peradangan yang terjadi secara akut dari appendiks
vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering
(Mansjoer Arif, 2001)
Appendisitis akut adalah
peradangan apendiks yang relatif sering dijumpai dan dapat timbul tampa
sebab yang jelas dan terjadi secara akut. Peradangan menyebabkan
appendiks membengkak dan nyeri dapat menimbulkan ganggren karena suplai
darah terganggu ( Corwin, 2000)
Appendisitis akut adalah penyakit radang pada appendiks vermiformis yang terjadi secara akut (http://www.emedicine.com).
B. Anatomi
Apendiks
merupakan organ yang berbentuk tabung seperti jari yang terdapat diusus
besar, tepatnya didaerah perbatasan dengan usus halus dengan panjang
kira-kira 10cm dan berpangkal pada sekum. Apendiks memiliki lumen sempit
dibagian proximal dan melebar pada bagian distal. Saat lahir, apendiks
pendek dan melebar dipersambungan dengan sekum. Selama anak-anak,
pertumbuhannya biasanya berotasi ke dalam retrocaecal tapi masih dalam
intraperitoneal.
Pada
apendiks terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan caecum dan
bisa berguna dalam menandakan tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi
apendiks terbanyak adalah Retrocaecal (74%) lalu menyusul Pelvic (21%),
Patileal(5%), Paracaecal (2%), subcaecal(1,5%) dan preleal (1%).1,4
Apendiks
didarahi oleh arteri apendicular yang merupakan cabang dari bagian bawa
arteri ileocolica. Arteri apendiks termasuk end arteri. Apendiks
memiliki lebih dari 6 saluran limfe melintangi mesoapendiks menuju ke
nodus limfe ileocaecal. Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir
itu secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke
sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat
mempermudah timbulnya apendisitis (radang pada apendiks). Di dalam
apendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan
yang banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A. Selain itu pada apendiks
terdapat arteria apendikularis yang merupakan end-artery.
C. Etiologi
Apendisitis
akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang
bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya
Hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris
yang menyumbat. Ulserasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan
penyakit ini. Namun ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
radang apendiks, diantaranya :
1. Faktor sumbatan
Faktor
obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang
diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia
jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda
asing dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing.
Obsrtruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada
bermacam-macam apendisitis akut diantaranya ; fekalith ditemukan 40%
pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut
ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendisitis akut dengan
rupture.
2. Faktor Bakteri
Infeksi
enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut.
Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk
dan memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam
lumen apendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah
kombinasi antara Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus,
lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang
menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.
3. Kecenderungan familiar
Hal
ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,
apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan
letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan
kebiasaan makanan dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat
dapat memudahkan terjadinya fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.
4. Faktor ras dan diet
Faktor
ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa
kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih
tinggi dari Negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang,
kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan
mereka ke pola makan tinggi serat. Justru Negara berkembang yang dulunya
memiliki tinggi serat kini beralih ke pola makan rendah serat, memiliki
resiko apendisitis yang lebih tinggi.
5. Faktor infeksi saluran pernapasan
Setelah
mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi influenza
dan pneumonitis, jumlah kasus apendisitis ini meningkat. Tapi harus
hati-hati karena penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan
seperti gejala permulaan apendisitis.
D. Patofisiologi
Terjadinya
apendisitis akut umumnya karena bakteri. Namun, terdapat banyak sekali
faktor pencetus terjadinya hal itu. Tanda patogenetik primer diduga
karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit). Sumbatan
dari lumen apendiks yang menghambat pengeluaran mukus akan
mengakibatkan pembengkakan, infeksi dan ulserasi. Tumor apendiks juga
dianggap memiliki andil terhadap mucnulnya apendisitis . Penelitian
terakhir menemukan bahwa ulserasi mukosa akibat parasit seperti E
Hystolitica, merupakan langkah awal terjadinya apendisitis pada lebih
dari separuh kasus, bahkan lebih sering dari sumbatan lumen. Makanan
rendah serat juga memiliki kemungkinan menimbulkan apendisitis. Tinja
yang keras pada akhirnya akan menyebabkan konstipasi yang akan
meningkatkan tekanan didalam sekum sehingga akan mempermudah timbulnya
penyakit itu. Apendisitis dapat menyerang siapa saja, segala umur dan
pada semua jenis kelamin.
Vermiform (appendix)
Nyeri
dari visera seringkali secara bersamaan dilokalisasi di dua daerah
permukaan tubuh karena nyeri dijalarkan melalui nyeri alih viseral dan
nyeri langsung parietal.
Mekanisme :
1. Impuls nyeri yang berasal dari appendix akan melewati serabut-serabut nyeri viseral saraf simpatik dan selanjutnya akan masuk ke medulla spinalis kira-kira setinggi thorakal X sampai thorakal XI dan dialihkan ke daerah sekeliling umbilikus (menimbulkan rasa pegal dan kram)
1. Impuls nyeri yang berasal dari appendix akan melewati serabut-serabut nyeri viseral saraf simpatik dan selanjutnya akan masuk ke medulla spinalis kira-kira setinggi thorakal X sampai thorakal XI dan dialihkan ke daerah sekeliling umbilikus (menimbulkan rasa pegal dan kram)
2.
Dimulai di peritoneum parietal tempat appendix meradang yang melekat
pada dinding abdomen. Ini menyebabkan nyeri tajam di peritoneum yang
teriritasi di kuadran kanan bawah abdomen.
E. Manifestasi Klinik
Ada
beberapa gejala awal yang khas yakni nyeri yang dirasakan secara samar
(nyeri tumpul) di daerah sekitar pusar. Seringkali disertai dengan rasa
mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut
kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu
nyeri pd titik Mc Burney. Nyeri perut ini akan bertambah sakit apabila
terjadi pergerakan seperti batuk, bernapas dalam, bersin, dan disentuh
daerah yang sakit. Nyeri yang bertambah saat terjadi pergerakan
disebabkan karena adanya gesekan antara visera yang meradang sehingga
menimbulkan rangsangan peritonium. Selain nyeri, gejala apendisitis akut
lainnya adalah demam derajat rendah, mules, konstipasi atau diare,
perut membengkak dan ketidakmampuan mengeluarkan gas. Gejala-gejala ini
biasanya memang menyertai apendisitis akut namun kehadiran gejala-gejala
ini tidak terlalu penting dalam menambah kemungkinan apendisitis dan
begitu juga ketidakhadiran gejala-gejala ini tidak akan mengurangi
kemungkinan apendisitis.
Pada kasus apendisitis akut yang klasik, gejala-gejala permulaan antara lain :
1. Rasa
nyeri atau perasaan tidak enak disekitar umbilikus ( nyeri tumpul ).
Beberapa jam kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dan
mungkin terdapat nyeri tekan disekitar titik Mc Burney. Rasa sakit
semakin meningkat, sehingga pada saat berjalan pun penderita akan
merasakan sakit yang mengakibatkan badan akan mengambil sikap membungkuk
pada saat berjalan. Nyeri yang dirasakan tergantung juga pada letak
apendiks, apakah di rongga panggul atau menempel di kandung kemih
sehingga frekuensi kencing menjadi meningkat. Nyeri perut juga akan
dirasakan bertambah oleh penderita bila bergerak, bernapas dalam,
berjalan, batuk, dan mengejan. Nyeri saat batuk dapat terjadi karena
peningkatan tekanan intra-abdomen.
2. Muntah, muntah, dan tidak ada nafsu makan
Secara
umum setiap radang yang terjadi pada sistem saluran cerna akan
menyebabkan perasaan mual sampai muntah. Meskipun pada kasus apendisitis
ini, tidak ditemukan mekanisme pasti mengapa dapat merangsang timbulnya
muntah.
3. Demam ringan ( 37,5° C – 38,5° C ) dan terasa sangat lelah
Proses peradangan yang terjadi akan menyebabkan timbulnya demam, terutama jika kausanya adalah bakteri. Inflamasi yang terjadi mengenai seluruh lapisan dinding apendiks. Demam ini muncul jika radang tidak segera mendapat pengobatan yang tepat.
Proses peradangan yang terjadi akan menyebabkan timbulnya demam, terutama jika kausanya adalah bakteri. Inflamasi yang terjadi mengenai seluruh lapisan dinding apendiks. Demam ini muncul jika radang tidak segera mendapat pengobatan yang tepat.
4. Diare atau kostipasi
Peradangan
pada apendiks dapat merangsang peningkatan peristaltik dari usus
sehingga dapat menyebabkan diare. Infeksi dari bakteri akan dianggap
sebagai benda asing oleh mukosa usus sehingga secara otomatis usus akan
berusaha mengeluarkan bakteri tersebut melalui peningkatan peristaltik.
Selain itu, apendisitis dapat juga terjadi karena adanya feses yang
keras ( fekolit ).
Pada keadaan ini justru dapat terjadi konstipasi.
Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit didiagnosis sehingga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang lebih parah.
Pada beberapa keadaan, apendisitis agak sulit didiagnosis sehingga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang lebih parah.
F. Pemeriksaan yang Dibutuhkan
Pemeriksaan fisis
Ø Inspeksi :
Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada inspeksi biasa ditemukan distensi perut.
Ø Palpasi :
Kecurigaan
menderita apendisitis akan timbul pada saat dokter melakukan palpasi
perut dan kebahagian paha kanan. Pada daerah perut kanan bawah
seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga
akan terasa nyeri ( Blumberg sign ). Nyeri perut kanan bawah merupakan
kunci dari diagnosis apendisitis akut.
Ø Terkadang
dokter akan melakukan pemeriksaan colok dubur untuk menentukan letak
apendiks bila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan colok dubur
kemudian terasa nyeri maka kemungkinan apendiks penderita terletak
didaerah pelvis.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan
pada pasien yang diduga apendisitis akut adalah pemeriksaan darah
lengkap dan test protein reaktive(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap
sebagian besar pasien biasanya ditemukan jumlah leukosit diatas 10.000
dan neutrofil diatas 75 %.Sedang pada pemeriksaan CRP ditemukan jumlah
serum yang mulai meningkat pada 6-12 jam setelah inflamasi
jaringan.Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang
diduga apendisitisakut antara lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi inflamasi pada apendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan
ditemukan bagian yang menyilang dengan apendicalith serta perluasan dari
apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum
G. Komplikasi
Komplikasi
yang sering ditemukan adalah infeksi, perforasi, abses intra
abdominal/pelvis, sepsis, syok, dehisensi. Perforasi yang ditemukan baik
perforasi bebas maupaun perforasi pada apendiks yang telah mengalami
pendindingan, sehingga membentuk massa yang terdiri dari kumpulan
apendiks, sekum, dan keluk usus.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pasien dengan apendisitis akut meliputi terapi medis dan terapi bedah.
Terapi medis terutama diberikan pada pasien yang tidak mempunyai akses
ke pelayanan bedah, dimana pada pasien diberikan antibiotik. Namun
sebuah penelitian prospektif menemukan bahwa dapat terjadi apendisitis
rekuren dalam beberapa bulan kemudian pada pasien yang diberi terapi
medis saja. Selain itu terapi medis juga berguna pada pasien apendisitis
yang mempunyai risiko operasi yang tinggi. Namun pada kasus apendisitis
perforasi, terapi medis diberikan sebagai terapi awal berupa antibiotik
dan drainase melalui CT-scan pada absesnya. The Surgical Infection Society
menganjurkan pemberian antibiotik profilaks sebelum pembedahan dengan
menggunakan antibiotik spektrum luas kurang dari 24 jam untuk
apendisitis non perforasi dan kurang dari 5 jam untuk apendisitis
perforasi.
Penggantian
cairan dan elektrolit, mengontrol sepsis, antibiotik sistemik adalah
pengobatan pertama yang utama pada peritonitis difus termasuk akibat
apendisitis dengan perforasi.
1. Cairan
intravena ; cairan yang secara massive ke rongga peritonium harus di
ganti segera dengan cairan intravena, jika terbukti terjadi toxix
sistemik, atau pasien tua atau kesehatan yang buruk harus dipasang
pengukur tekanan vena central. Balance cairan harus diperhatikan. Cairan
atau berupa ringer laktat harus di infus secara cepat untuk mengkoreksi
hipovolemia dan mengembalikan tekanan darah serta pengeluaran urin pada
level yang baik. Darah di berikan bila mengalami anemia dan atau dengan
perdarahan secara bersamaan.
2. Antibiotik
: pemberian antibiotik intraven diberikan untuk antisipasi bakteri
patogen , antibiotik initial diberikan termasuk gegerasi ke 3
cephalosporins, ampicillin – sulbaktam, dll, dan metronidazol atau
klindanisin untuk kuman anaerob. Pemberian antibiotik postops harus di
ubeah berdasarkan kulture dan sensitivitas. Antibiotik tetap diberikan
sampai pasien tidak demam dengan normal leukosit.
Setelah
memperbaiki keadaan umum dengan infus, antibiotik serta pemasangan pipa
nasogastrik perlu di lakukan pembedahan sebagai terapi definitif dari
appendisitist perforasi
Perlu
dilakukan insisi yang panjang supaya mudah dilakukan pencucian rongga
peritonium untuk mengangkat material seperti darah, fibrin serta dilusi
dari bakteria. Pencucian cukup dengan larutan kristaloid isotonis yang
hangat, penambahan antiseptik dan antibiotik untuk irigasi cenderung
tidak berguna bahkan malah berbahaya karena menimbulkan adhesive (misal
tetrasiklin atau provine iodine), anti biotik yang diberikan secara
parenteral dapat mencapai rongga peritonium dalam kadar bakterisid. Tapi
ada juga ahli yang berpendapat bahwa dengan penambahan tetrasiklin 1 mg
dalam 1 ml larutan garam dapat mengendalikan sepsis dan bisul residual,
pada kadar ini antibiotik bersifat bakterisid terhadap kebanyakan
organisme. Walaupun sedikit membuat kerusakan pada permungkaan
peritonial tapi tidak ada bukti bahwa menimbulkan resiko perlengketan.
Tapi zat lain seperti iodine tidak populer. Setelah pencucian seluruh
cairan di rongga peritonium seluruh cairan harus diaspirasi.
Terapi
bedah meliputi apendiktomi dan laparoskopik apendiktomi. Apendiktomi
terbuka merupakan operasi klasik pengangkatan apendiks. Mencakup Mc
Burney, Rocke-Davis atau Fowler-Weir insisi. Dilakukan diseksi melalui
oblique eksterna, oblique interna dan transversal untuk membuat suatu muscle spreading atau muscle splitting,
setelah masuk ke peritoneum apendiks dikeluarkan ke lapangan operasi,
diklem, diligasi dan dipotong. Mukosa yang terkena dicauter untuk
mengurangi perdarahan, beberapa orang melakukan inversi pada ujungnya,
kemudian sekum dikembalikan ke dalam perut dan insisi ditutup
Laparoskopik
apendiktomi mulai diperkenalkan pada tahun 1987, dan telah sukses
dilalukan pada 90-94% kasus apendisitis dan 90% kasus apendisitis
perforasi. Saat ini laparoskopik apendiktomi lebih disukai. Prosedurnya,
port placement terdiri dari pertama menempatkan port kamera di daerah umbilikus, kemudian melihat langsung ke dalam melalui 2 buah port
yang berukuran 5 mm. Ada beberapa pilihan operasi, pertama apakah 1
port diletakkan di kuadran kanan bawah dan yang lainnya di kuadran kiri
bawah atau keduanya diletakkan di kuadran kiri bawah. Sekum dan apendiks
kemudian dipindahkan dari lateral ke medial. Berbagai macam metode
tersedia untuk pengangkatan apendiks, seperti dectrocauter, endoloops, stapling devices.
Mengenai pemilihan metode tergantung pada ahli bedahnya. Apendiks
kemudian diangkat dari abdomen menggunakan sebuah endobag. Laparoskopik
apendiktomi mempunyai beberapa keuntungan antara lain bekas operasinya
lebih bagus dari segi kosmetik dan mengurangi infeksi pascabedah.
Beberapa penelitian juga menemukan bahwa laparoskopik apendiktomi juga
mempersingkat masa rawatan di rumah sakit. Kerugian laparoskopik
apendiktomi antara lain mahal dari segi biaya dan juga pengerjaannya
yang lebih lama, sekitar 20 menit lebih lama dari apendiktomi terbuka.
Namun lama pengerjaanya dapat dipersingkat dengan peningkatan
pengalaman. Kontraindikasi laparoskopik apendiktomi adalah pada pasien
dengan perlengketan intra-abdomen yang signifikan.
BAB 111
KONSEP KEPERAWATAN
Untuk
melaksanakan asuhan keperawatan digunakan suatu pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari langkah - langkah ilmiah yaitu :
Pengkajian, Dampak kebutuhan dasar manusia (KDM), Diagnosa keperawatan,
Intervensi, Implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Data – data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan pada pra dan post operasi apendisitis akut ialah sebagai berikut:
Data Dasar Pengkajian Pasien (Praoperasi) (Doenges, 2000):
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala: Malaise
2. Sirkulasi
Gejala: Takikardi
3. Eliminasi
Gejala: Konstipasi pada awitan;
Diare (kadang-kadang)
Tanda: Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan.
Penurunan atau tak ada bising usus.
4. Makanan / Cairan
Gejala: AnoreksiaMual/muntah
Mual/muntah
5. Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri
abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik McBurney (setengah jarak antara umbilikus dan
tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau
napas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada
apendiks).
Tanda: Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tak jelas (sehubungan dengan lokasi apendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter)
Perilaku
berhati-hati; berbaring kesamping atau telentang dengan lutut ditekuk;
meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduk tegak
Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal
6. Pernapasan
Tanda: Takipnea, pernapasan dangkal
7. Keamanan
Tanda: Demam (biasanya rendah)
8. Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala: Riwayat
kondisi lain yang berhuibungan dengan nyeri abdomen contoh pielitis
akut, betu uretra, salpingitis akut, ileitis regional.
Dapat terjadi pada berbagai
Pertimbangan DRG menunjukan rerata lama dirawat: 4,2 hari.
Rencana pemulangan:
Menbutuhkan bantuan sedikit transportasi, tugas pemeliharaan rumah.
Data Dasar Pengkajian Pasien (Praoperasi) (Brunner & Suddarth, 2002):
Pengkajian
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya komplikasi dan
keberhasilan operasi. Adapun yang harus dikaji pada pasien apendisitis
akut pasca/post operasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya nyeri tekan abdomen, demam, muntah, kekakuan abdomen, dan takikardi, dimungkinan terjadi peritonitis.
2. Anoreksia,
Menggigil, demam, diaforesis, diare yang menunjukkan abses pelvis,
abses subfrenik (abses dibawah diafragma) atau lumbal.
2. Diagnosa keperawatan
- Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama; insisi bedah.
- Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi; Status hipermetabolik ( demam, proses penyembuhan).
- Nyeri ( akut ) berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi; insisi bedah.
- Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/ mengingat; salah interpretasi informasi; tidak mengenal sumber informasi.
3. Rencana keperawatan
Adapun rencana keperawatan pre dan post operasi pada apendisitis akut adalah sebagai berikut:
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama; insisi bedah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar