GANGGUAN MENSTRUASI
Menstruasi
adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan
perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat
kehamilan.
A. PMS (PRE MENSTRUASI SYNDROME)
1. PENGERTIAN
PMS
merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara
hari ke-2 sampai hari ke-4 sebelum menstruasi dan segera mereda setelah
menstruasi selesai
2. PENYEBAB
a. Sekresi estrogen yang abnormal
b. Kelebihan atau defisiensi progesterone
c. Kelebihan atau defisiensi kortisol, sndrogen, atau prolaktin
d. Kelebihan hormone anti dieresis
e. Kelebihan atau defisiensi prostaglandin
3. GEJALA
a. Gejala
psikologis yang khas, iritabilitas agresi, ketegangan, depresi, mood
berubah-ubah, perasaan lepas kendali, emosi yang labil
b. Rasa malas dan mudah lelah
c. Nafsu makan meningkat, BB bertambah karena tubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak
d. Gejala
fisik yang sering adalah pembengkakan dan nyeri pada payudara,
dismenorrhoe (kram perut), sakit kepala, sakit pinggang, pegal-pegal,
pingsan
e. Paling sering menyebabkan distress adalah gejala psikologis
4. PATOFISIOLOGI
Penyebab
sindrom premanstruasi ini belum diketahui sebabnya, tetapi beberapa
teori menunjukkan adanya kelebihan estrogen atau deficit progesterone
dalam fase luteal dari siklus menstruasi. Teori lain mengatakan bahwa
hormone yang tidak teridentifikasi meyebabkan gejala pada waktu terjadi
perubahan menstruasi. Teori lainnya menunjuk pada aktivitas
betaendorfin, defisiensi serotonin, henti progesterone, retensi cairan,
kenaikan kadar prolaktin, metabolism prostaglandin abnormal, dan
gangguan aksis hipotalamik-pituitari-ovarium sebagai penyebabnya
5. PENATALAKSANAAN
a. Diet
harian. Makan makanan dalam porsi kecil, batasi konsumsi gula, garam,
alcohol, nikotin. Pemberian vitamin B6, Calsium, Magnesium. Melakukan
olahraga dan aktivitas lainnya
b. Obat.
· Pil kontrasepsi oral atau progesterone misalnya medroksiprogesteron asetat
· NSAID, misalnya aspirin, naproksen, indometasin, asam mefenamat
· Progesterone, dengan injeksi
6. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Perawat
harus menjalin hubungan saling percaya dengan pasien sambil
mengumpulkan riwayat kesehatan, mencatat kapan gejala mulai dan sifat
serta intensitasnya.
Perawat
kemudian dapat menentukan apakah awitan gejala terjadi sebelum atau
segera setelah aliran menstrual dimulai. Selain itu, perawat dapat
menunjukkan pada pasien cara untuk mengembangkan pencatatan tentang
waktu dan intensitas gejala. Untuk dapat bermanfaat, catatan harus
dipertahankan selama sedikitnya tiga siklus.
Riwayat
nutrisi juga dikumpulkan untuk menentukan apakah diet mengandung tinggi
garam atau kafein atau diet nutrient esensial dan masukan alcohol
b. Diagnose keperawatan
· Ansietas berhubungan dengan efek PMS
· Koping tidak efektif baik pada pasien maupun keluarga berhubungan dengan efek PMS
· Kurang pengetahuan tentang penyebab dan penatalaksanaan
B. AMENORRHOE
1. PENGERTIAN
Amenorrhea adalah suatu keadaan tidak adanya haid, selama 3 bulan atau lebih.
Amenorrhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal
2. PENYEBAB
a. Hymen
imperforate, yaitu selaput dara tidak berlubang sehingga darah
menstruasi terhambat untuk keluar. Keluhan pada kejadian ini biasanya
mengeluh sakit perut tiap bulan. Hal ini bisa diatasi dengan operasi
b. Menstruasi
anovulatiore, yaitu rangsangan hormon-hormon yang tidak mencukupi untuk
membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid/hanya
sedikit. Pengobatannya dengan terapi hormone
c. Amenorrhoe
sekunder, yaitu biasanya pada wanita yang pernah menstruasi sebelumnya.
Penyebab amenorrhoe sekunder ini karena hipotensi, anemia, infeksi atau
kelemahan kondisi tubuh secara umum, stress psikologis.
3. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya:
a. Tidak terjadi haid
b. Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.
c. Nyeri kepala
d. Lemah badan
4. PATOFISIOLOGI
Disfungsi
hipofise. Terjadi gangguan pada hipofise anterior, gangguan dapat
berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang
membuat menjadi terganggu.
Kelainan
kompartemen IV (lingkungan). Gangguan pada pasien ini disebabkan oleh
gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya
pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat
pelepasan gonadrotropin.
Kelainan
ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea
primer mengalami kelainan perkembangan ovarium ( gonadal disgenesis ).
Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan
peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun
dimana folikel dihancurkan.
Melakukan
kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan
kalori yang banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan
untuk pembentukan hormone steroid seksual ( estrogen dan progesterone )
tidak tercukupi. Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen
berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi
estrogen dan progesterone yang memicu terjadinya amenorrhea. Pada
keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan
derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen
dan progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih cortikotropin
realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang
dapat menekan pembentukan GnRH.
5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormone seperti osteoporosis.
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormone seperti osteoporosis.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perekatan dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG, histerosal Pingografi, histeroskopi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi kadar hprmone prolaktin dalam tubuh.
Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perekatan dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG, histerosal Pingografi, histeroskopi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi kadar hprmone prolaktin dalam tubuh.
7. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab adalah kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian dapat dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas maka diet dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.
Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer.
Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab adalah kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian dapat dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas maka diet dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.
Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer.
8. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Anamnesis
Anamnesis
yang akurat berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan sejak
kanak-kanak, termasuk tinggi badan dan usia saat pertama kali mengalami
pertumbuhan payudara dan pertumbuhan rambut emaluan.
Dapatkan
pula informasi anggota keluarga yang lain (ibu dan saudara wanita)
mengenai usia mereka pada saat menstruasi pertama, informasi tentang
banyaknya perdarahan, lama menstruasi dan periode menstruasi terakhir,
juga perlu untuk ditanyakan.
Riwayat
penyakit kronis yang pernah diderita, trauma, operasi, dan pengobatan
juga penting untuk ditanyakan. Kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan
seksual, penggunaan narkoba, olahraga, diet, situasi dirumah dan sekolah
dan kelainan psikisnya juga penting untuk dianyakan.
b. Pemeriksaan fisik
Pada
pemeriksaan fisik yang pertama kali diperiksa adalah tanda-tanda vital
dan juga termasuk tinggi badan, berat badan dan perkembangan seksual.
Pemeriksaan yang lain adalah:
· Keadaan payudara
· Keadaan rambut kemaluan dan genetalia eksternal
· Keadaan vagina
· Uterus : bila uterus membesar kehamilan bisa diperhitungkan
· Servik : periksa lubang vagina
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
· Cemas berhubungan dengan krisis situasi
· Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat tentang penyakitnya (amenorrhea)
· Gangguan konsep diri , harga diri rendah yang dihubungkan dngan ketidak normalan (amenorrhea primer)
· Koping keluarga tidak efektif berhubungnan dengan komunikasi yang tidak ektif dalam keluarga.
C. DISMENOREA
1. PENGERTIAN
Dismenoroe
adalah nyeri sewaktu haid. Biasanya terasa di perut bagian bawah. Nyeri
tersebut dapat terasa sebelum haid, selama, dan sesudah haid. Dapat
bersifat kolik atau terus-menerus, ini diduga karena adanya kontraksi
uterus.
Dismenoroe dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Dismenorea
Primer, yaitu menstruasi yang sangat nyeri, tanpa patologi pelvis yang
dapat diidentifikasi. Dapat terjadi waktu menarche atau segera
setelahnya. Dimenorea ditandai dengan nyeri kram yang dimulai segera
atau setelah awitan aliran menstrual dan berlanjut selama 48 sampai 72
jam.
Dismenore
diduga sebagai akibat dari pembentukkan prostaglandin yang berlebihan,
yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara berlebihan dan juga
mengakibatkan vasospasme anteriolar. Factor-faktor –psikologi seperti
anxiety dan ketegangan juga dapat menyebabkan dismenore. Dengan
bertambahnya usia wanita, nyeri cenderung untuk menurun dan akhirnya
hilang sama sekali setelah melahirkan anak.
b. Dismenorea
sekunder. Pada dismenorea sekunder terdapat patologi pelvis, seperti
endometriosis, tumor, atau penyakit inflamatori pelvic (PID). Pasien
dengan dismenore sekunder biasanya sering mengalami nyeri yang terjadi
beberapa hari sebelum haid, disertai ovulasi dan kadangkala melakukan
hubungan seksual
2. PENYEBAB
a. Dismenore primer
Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadi dismenore primer, tapi meskipun demikian patofisiologisnya belum jelas.
Etiologi dismenore primer di antaranya yaitu:
Banyak teori yang telah ditemukan untuk menerangkan penyebab terjadi dismenore primer, tapi meskipun demikian patofisiologisnya belum jelas.
Etiologi dismenore primer di antaranya yaitu:
· Faktor psikologis
Biasanya terjadinya pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan sedikit rangsangan nyeri, maka ia akan sangat merasa kesakitan. Seringkali segera setelah perkawinan dismenorea hilang, dan jarang sekali dismenorea menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia maupun perubahan psikis.
Biasanya terjadinya pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan sedikit rangsangan nyeri, maka ia akan sangat merasa kesakitan. Seringkali segera setelah perkawinan dismenorea hilang, dan jarang sekali dismenorea menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia maupun perubahan psikis.
· Faktor endokrin
Pada umumnya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus yang tidak bagus. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri.
Pada umumnya nyeri haid ini dihubungkan dengan kontraksi uterus yang tidak bagus. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga menimbulkan nyeri.
· Alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan hubungan asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migren, asma bronchial, namun bagaimana pun belum dapat dibuktikan mekanismenya.
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan hubungan asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migren, asma bronchial, namun bagaimana pun belum dapat dibuktikan mekanismenya.
· Faktor neurologis
Uterus
dipersyarafi oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf
simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea
ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian sistem syaraf otonom
terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang
berlebihan oleh syaraf simpatis sehingga serabut-serabut sirkuler pada
istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.
· Prostaglandin
Penelitian pada beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa prostaglandin memegang peranan penting dalam terjadinya dismenorea. Prostaglandin yang berperan disini yaitu prostaglandin E2 (PGE2) dan F2α (PGF2α). Pelepasan prostaglandin diinduksi oleh adanya lisis endometrium dan rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim.
Penelitian pada beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa prostaglandin memegang peranan penting dalam terjadinya dismenorea. Prostaglandin yang berperan disini yaitu prostaglandin E2 (PGE2) dan F2α (PGF2α). Pelepasan prostaglandin diinduksi oleh adanya lisis endometrium dan rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim.
Prostaglandin
menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut-serabut syaraf
terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar
prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan
intrauterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang
hebat. Selanjutnya, kontraksi miometrium yang disebabkan oleh
prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia
sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika
prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran
darah, maka selain dismenorea timbul pula diare, mual, dan muntah.
b. Dismenore sekunder
· Faktor konstitusi seperti : anemia.
· Faktor seperti obstruksi kanalis servikalis
· Anomali uterus congenital
· Leiomioma submukosa.
· Endometriosis dan adenomiosis
3. MANIFESTASI KLINIK
a. Dismenorea Primer
Rasa
nyeri di perut bagian bawah, menjalar ke daerah pinggang dan paha.
Kadang-kadang disertai mual, muntah, diare, sakit kepala dan emosi yang
labil. Nyeri timbul sebelum haid dan berangsur hilang setelah darah haid
keluar
b. Dismenorea Sekunder
· Cenderung timbul setelah siklus 2 tahun teratur
· Nyeri sering timbul terus menerus dan tumpul
· Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaaan dengan keluarnya darah
4. KOMPLIKASI
· Syok
· Penurunan kesadaran
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi medis untuk klien dismenore di antaranya:
· Pemberian obat analgetik.
· Terapi hormonal
· Terapi dengan obat nonsteriod antiprostagladin.
· Dilatasi kanalis serviksalis
Dapat memberikan keringan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin
Dapat memberikan keringan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenore adalah:
a. Tes laboratorium
· Pemeriksaan darah lengkap : normal.
· Urinalisis : normal
b. Tes diagnostic tambahan
Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang lain.
Laparaskopi : penyikapan atas adanya endomeriosi atau kelainan pelvis yang lain.
7. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan dismenore adalah Karakteristik nyeri dan gejala yang mengikutinya.
b. Diagnose keperawatan
· Nyeri yang berhubungan dengan meningkatnya kontraktilitas uterus, hipersensitivitas, dan saraf nyeri uterus.
· Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan adanya mual, muntah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar